Jumat, 05 September 2008










"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." QS Al Baqarah ayat 183
Kewajiban berpuasa telah dijalankan oleh umat sebelum Rasulullah Muhammad saw. Tujuan perintah menjalankan puasa bertujuan agar orang yang beriman menjadi mutaqqin. Puncak prestasi manusia beriman disisi Allah ialah taqwa.
Apa sebenarnya takwa itu ? Takwa adalah kehati-hatian dalam menjalani kehidupan ini, bisa juga karena hati-hati maka orang merasa takut untuk berbuat dosa.
Takut kepada siapa ? Hal ini digambarkan dalam










"Yaitu mereka beriman kepada yang ghaib" Tebal tipisnya iman seseorang sangat tergantung imannya terhadap hal-hal yang ghoib, dzat Allah swt, malaikat, jin dsb. Orang yang mutaqqin sangat yakin bahwa Allah swt selalu mengawasi kita setiap saat dan di mana saja.
Coba kita renungkan perilaku kita dalam puasa, kita takut sekali makan membatalkan puasa walaupun tidak ada orang lainyang melihat kita.
Lalu apakah kita bisa setakut saat puasa ketika kita berbuat dosa ingkar kepada Allah swt di luar bulan Ramadhan ? Jika kita ingin mendapat gelar mutaqqin maka harus sama perbuatan kita saat bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan, takutlah berbuat ingkar / melanggar ketaatan kita terhadap Allah swt.
Ciri berikutnya sebagai orang yang bertakwa adalah










"Yang mendirikan shalat" Kewajiban mendirikan shalat ini telah jelas, dan kita sehari semalam melakukannya 17 rakaat. Bagi laki-laki wajib berjamaah di masjid dan bagi wanita lebih baik sholat di rumah.
Orang yang bertakwa tidak pernah menunda-nunda sholatnya sampai akhir waktu, karena sadar bahwa Allah swt tidak menyukai orang yang menunda-nunda kebaikan. Jika waktu sholat sudah masuk maka segeralah tunaikan kewajiban shalat lebih dahulu, tinggalkan urusan dunia.
Allah berfirman :

“Sesungguhnya shalat itu mencegah ( perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat (shalat) adalah lebih besar (keutamaanya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Ankabut : 45)

Ciri-ciri lain bagi mutaqqin adalah










"dan menafkahkan sebahagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka"
Seringkali Allah menggandengkan perintah shalat dengan zakat dan infak, sebab shalat ibadah yang meliputi tauhid, pujian dan do’a serta penyerahan diri kepada Allah, sedang infak berupa uluran tangan dan budi baik kepada sesama manusia. Infak disini meliputi semuanya yang wajib maupun yang sunat.
Ternyata harta yang kita peroleh tidak semuanya milik kita.
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang-orang miskin yang meminta dan orang-orang miskin yang tidak mendapatkan bagian ( tidak meminta ).” (QS. Adz-Dzariat:156 ).
Sifat orang-orang yang bertaqwa yang ketiga ini membentuk manusia yang memiliki kepekaan sosial dan ukhuwah Islamiyah yang tinggi.
Ciri ke 4 bagi orang mutaqqin adalah




"mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat"
Sudah menjadi kepastian dari Allah bahwa alam ini akan berakhir, kiamat pasti terjadi. Ini keyakinan orang yang beriman yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tidak mungkin menjadi seorang mukmin (taqwa) tanpa iman kepada hari akhirat. Bahkan keingkaran seseorang kepada hari akhirat menjatuhkan dia dari derajat manusia kepada derajat binatang yang paling rendah.

Analisa para ahli ilmu sepakat bahwa alam ini tidak kekal. Semua kekuatan dan benda-benda yang ada didalamnya adalah terbatas, tidak boleh tidak satu ketika akan binasa. Para sarjana ilmu alam pun telah bulat pendapatnya, bahwa matahari suatu saat akan mati, dingin dan hilang cahanya. Keseimbangan daya tarik dan peredaran planet-planet pun akan lenyap.
4 ciri utama bagi para mutaqqin di atas harus menjadi target bagi kehidupan bagi orang-orang yang beriman.
Allah berfirman :
















"Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan ke padamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya. "
Orang beriman dalam melakukan amal kegiatan selalu bermuara ke pada kehidupan akhirat.
Di hari akhir tsb kita akan dihitung amal kebaian ataupun amal keburukan / keingkaran
Firman Allah :














"Kitab Al Qur'an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa"
Keyakinan kita terhadap Al Qur'an adalah mutlak kebenaran dari awal sampe akhir.
“Al-Qur’an itu penolong yang diperkenankan pertolongannya dan pembela yang dibenarkan pembelaannya. Barangsiapa menjadikan Al-Qur’an di depan ( sebagai pedoman ) dia akan menuntun kedalam surga dan barangsiapa menjadikan Al-Qur’an dibelakang, maka ia akan menyeret ke dalam neraka.” (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi dengan sanad yang baik ).

0 komentar: